Rabu, 16 Februari 2022

KWT Mawar IV Giatkan Kebun Bibit Bersama Warga Padang


 

Tangan-tangan Hijau Kota Padang

Giatkan Kebun Bibit Bersama Warga

Pesiar oleh Dodi Saputra

 

Dalam kesehariannya, manusia tidak terlepas dengan alam. Alam yang terdiri dari hewan dan tumbuhan. Pada kajian seputar dunia tumbuhan, segenap tumbuhan hijau memiliki peran yang sangat penting dalam membantu kelangsungan hidup manusia. Selain berperan sebagai penghasil oksigen dan peneduh suhu, tumbuhan juga menjadi bahan makanan utama bagi manusia sehari-hari. Sehingga, sampai saat ini manusia terlihat tampak serius dalam mengupayakan agar ekosistem yang telah ada tersebut di permukaan bumi ini tetap terjaga keasriannya.

Ada banyak tanaman yang hidup. Mulai dari tanaman liar hingga tanaman yang bermanfaat bagi manusia. Pada tumbuhan yang terdapat di dekat manusia, khususnya sekitar pekarangan rumah, biasanya dijadikan sebagai kebun sederhana dan taman bunga. Ternyata, sebuah lahan di pekarangan rumah itu semakin bernilai, ketika didirikan di sana sebuah pondok bibit. Pondok bibit yang didesain sedemikian rupa demi mengembangbiakkan tanaman sayur-sayuran dan lainnya. Bibit-bibit tanaman itu saat ini juga dikelola dengan baik oleh sebuah wadah yang berhimpun dalam kelompok wanita tani di kota Padang.

Ketika mencoba melihat lebih dekat lagi, ternyata terdapat kelompok wanita pemerhati rumah hijau yang memberi nama (Kelompok Wanita Tani) KWT Mawar IV yang beralamat di Jalan Maransi Kelurahan Air Pacah, Kecamatan Koto Tangah, Padang. Mereka adalah para ibu-ibu yang telah berhimpun dalam barisan padu dalam upaya menggiatkan pondok pembibitan tanaman pangan di daerah tersebut.

Sedari akhir tahun 2013, Desember yang lalu, kelompok tani wanita ini telah memulai kegiatan penghijauan ini dari dukungan anggaran yang diperoleh dari pengajuan program usaha kebun bibit ini ke Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Pengajuan program itu pun akhirnya mendapat lampu hijau dengan didukungnya usaha tersebut dengan dukungan materil dari pemerintah. Kemudian, setelah diberikan kesempatan emas untuk melaksanakan usaha tersebut, segenap ibu-ibu berbekal semangat yang kuat, mereka segera mendirikan kebun bibit di pekarangan rumah salah satu anggota, Ibu Mulida, A.Md.

Proses pembibitan pun dilakukan dengan mekanisme yang telah dikuasai sebelumnya. Pembuatan rak-rak bibit, pembuatan dan penyediaan pot, sistem pengairan, pola pemupukan yang rutin dan perawatan berkala pun dilakukan demi tumbuhnya tunas-tunas hijau muda dari bibit tersebut. Sampai saat ini, bibit tersebut telah mulai tampak pertumbuhannya. Daun-daun yang sudah menghijau, buah-buah tanaman pangan yang sudah mulai memerah dan batang tanaman yang mulai kokoh untuk menopang tanaman itu sendiri. Penyusunan rak-rak berdasarkan jenis tanaman dimaksudkan agar memudahkan untuk pemupukan dan pengelompokannya.    

Secara struktural, pengelolaan kelompok wanita tani ini telah tersusun rapi. Dalam menjalankan program tersebut, terdapat ketua tim yakni Ibu Paisah. Beliau dibantu oleh Sekretaris, Ibu Deswati, S.Pd dan Ibu Mulida, A.Ma. selaku bendaharanya. Demi membantu perawatan dan keberlangsungan tanaman, mereka juga dikuatkan oleh anggota tim, yaitu Ibu Kartini, S,Pd, Ibu Yuliar, Ibu Yulidar, Ibu Rosneli Amir, Ibu Nurhayati, Ibu Dra. Murni, Ibu Sri Murni, Ibu Sri Sufreni, S.Pd, Ibu Jayyar, Ibu Jasmaniar, Ibu Janiar, Ibu Suharti dan Ibu Nur`aina. Dari enam belas orang ibu-ibu kelompok wanita tani tersebut, mereka telah memiliki keahlian dan keterampilan masing-masing dalam menumbuhkan dan mengembangkan budidaya tanaman yang ada secara efektif dan efisien.

Saat ditemui wartawan pagi itu, Ketua Tim KWT Mawar IV, Ibu Paisah yang tengah memasukkan tanah bercampur pupuk ke dalam pot hitam itu menuturkan, “Semua bibit ini diberikan pupuk-pupuk yang cukup agar tanaman tumbuh dan berkembang bagus nantinya.” Jelas Ibu yang tak takut kotor ini.  

Dari segi pengelolaan kegiatan ini, pada mulanya didukung pendanaan dan pemerintah provinsi Sumatera Barat. Bukan sebuah persaingan yang mudah untuk dapat lolos dari seleksi yang cukup ketat itu. Sedari pengajuan program dari kelompok KWT ke kelurahan, kemudian berlanjut ke Badan Ketahan Pangan tingkat kota dan Badan Ketahan Pangan tingkat Provinsi Sumatera Barat. Semua proses itu dilalui dengan pencapaian akhir yang menuai hasil.

Dari ketersediaan anggaran itu digunakan untuk pembuatan kebun bibit, pembuatan rak, dan segala kelangkapan keperluan yang dibutuhkan. Demi pemerataan dan pemberdayaan anggota, anggota tim dicarikan pula. Dengan modal 400 ribu dikali sebanyak 16 orang, dioptimalkan pembibitan sebagai persediaan bibit. Bibit yang ada saat ini diperoleh dari pembelian di toko tani dan diolah, lalu diberikan pada anggota. Di samping itu, juga ada stok khusus untuk menanggulangi jika ada penambahan kebun bibit yang baru lagi.

Tanaman yang mulai menampakkan hijaunya itu disusun dengan mengelompokkan tanaman secara teratur. Diberikan pupuk secara proporsional, seperti pupuk urea, pupuk NPK dan lain-lain. Ada banyak tanaman di kebun bibit itu. Pada mulanya, jenis tanaman yang ditanam sebenarnya hanya ada tiga, namun dikembangkan lagi menjadi lebih banyak lagi. Di antaranya ada kangkung, bayam, cabe, sawi pangsit dan seledri serta kacang panjang.

Dari segi lokasi, tim KWT Mawar IV ingin membuat kebun pecontohan yang memadai pula. Saat ini sedang dicari lagi kebun percontohan dalam waktu dekat ini. Sementara ada tempat yang lebih bagus dan tentunya akan lebih memudahkan pertumbuhan tanaman. Bukan hanya berpikir penambahan saja, namun pada aspek perawatan juga diperhatikan, antara lain dalam hal menyiram secukupnya jika cuaca panas, dijaga dari serangan hama dan hewan-hewan penggangu, dipupuk agar tanam tetap terjaga kesuburannya.

Saat ini, juga telah tampak daun-dan yang bernas, dan buah-buah yang siap dipetik. Melihat itu, maka hasil kebun ini mampu dijadikan untuk membantu dapur para anggota yang juga membantu program dari pemerintah kota dan pemerintah provinsi dalam meringankan kebutuhan masyarakat sehari-hari. Saat dipetik buah-buah itu, maka akan ditanam lagi yang baru, dengan tujuan kesinambungan tanaman. “Penambahan jumlah bibit yang digiatkan pun disesuaikan dengan ketersediaan anggaran ada, atau pun kalau tidak ada, kami punya semangat yang besar untuk menambah kebun bibit yang lain.” Ujar Ibu Mulida, pemilik pekarangan kebun bibit saat ini.

Berbekal semangat yang kuat bersama tim KWT, sedang diupayakan akan ada penambahan lagi kebun baru di pekarangan sekitar itu. Pada masanya nanti kalau berbuah, bisa kemudian diserahkan kepada kelompok. Pada tahap selanjutnya kelompok ini langsung bergerak untuk mencarikan bibit baru, pemupukan juga terus diberikan, serta memilih  bibit yang bagus untuk pertumbuhan yang baik.

Melihat lokasi pekarangan yang telah ada, yakni di sekitar pemukiman masjid. Dan akan juga dibuat penambahan kebun bibit di samping masjid yang kesehariannya terdapat banyak santri yang belajar di TPQ dan TQA Masjid Nurul Haq Maransi. “Sebaiknya kalau para santri mau turut serta dan mampu, kemudian segenap pembina mau membantu memberikan arahan pada mereka, mudah-mudahan bisa berjalan baik. Sehingga di daerah ini ada kebun PKK, juga ada kebun santri sebagai bentuk kepedulian warga terhadap lingkungan. Tentu hal itu maka akan lebih bagus pula.” Tambah Ibu Mulida selaku Bendara Tim KWT Mawar IV ini. ***

(Dodi Saputra, bergiat di FLP dan Rumahkayu Sumatera Barat)

 

 

Pesona Keindahan Wisata Lembah Harau Sumatera Barat

 Pesona Lembah Harau: “Hijau, Bening, Menyegarkan Mata”

 oleh Dodi Saputra


             Pesona Kabupaten Lima Puluh Kota kian menawan. Wisatawan dari luar daerah dan kota-kota di Sumatera Barat menjadikan daerah ini sebagai salah satu kunjungan pilihan. Tak terkecuali bagi segenap guru-guru di MTs. S. An-Nur Padang. Kawasan Lembah Harau yang begitu memikat itu menjadikan tempat itu sebagai kunjungan pertama. Pertama memijakkan kaki di tanah ini, yang terasa adalah hawa sejuk dan segar. Hal itu disebabkan di selingkaran mata memandang terdapat hamparan pepohonan menghijau. Apalagi menyempatkan membasuk wajah di airnya yang begitu dingin dan segar. Penat selama bekerja di kota, udara kotor dan keruh air di kota, semuanya hilang berganti kesejukan dan kesegaran air di Lembah Harau ini.

 

Surau di Selingkaran Lembah Harau

            Pengunjung yang berdatangan dari berbagai daerah. Sekitar menjelang siang hingga tengah hari. Satu kesempatan yang dinanti-nanti pengunjung khususnya umat muslim, mereka segera menunaikan Salat Zuhur. Tak perlu jauh-jauh mencari tempat shalat, pengunjung bisa langsung melihat surau yang di kelilingi tebing tinggi di Lembah Harau ini. Sebuah surau yang bersih dan lapang siap menampung jamaah untuk berwudhu dan salat. Hal ini semakin membuat pengunjung merasa nyaman beribadah di sana.

            Air yang sejuk dan lingkungan yang bersih adalah keunggulan tempat ini. penat di bus atau kendaraan bermotor lainnya bisa hilang seketika setelah membasuh muka dan menghirup udara segar setelah salat. Pengunjung semakin santai melanjutkan aktivitas lain seperti makan siang dan berfoto-foto ria di banyak sudut pemandangan indah lainnya. Makan siang kali ini ditemani ikan-ikan besar di sungai itu. Ikan-ikan seperti Ikan Mas turut mengisi aliran sungai.

 

Bersampan di Lembah Harau

            Tak jauh dari surau tersebut, pengunjung akan melihat orang-orang Hanya berjalan sekitar lima puluh meter saja, sudah sampai di spot sampan-sampan. Hanya bermodal lima belas ribu rupiah, sampan bisa dinaiki satu sampai tiga orang. Ini adalah kesempatan buat pengunjung yang gamang menaiki perahu di laut maupun di danau. Sampan di tempat wisata ini berjalan di atas air yang dibuat senyaman mungkin dengan kawanan ikan emas di bawahnya. Pengunjung juga dibuat santai, sebab kedalaman air cukup dangkal. Pengunjung bisa mendayung sampan dari pertama naik sampan sampai berkeliling di selingkaran taman.

            Berfoto adalah kesempatan baik di atas sampan. Tak perlu jauh-jauh, jasa foto juga sudah menanti di tepi sungai buatan itu. cukup dengan sepuluh ribu rupiah, foto ukuran 10 R sudah siap dibawa pulang. Murah dan meriah, kenang-kenangan itu kini sudah dalam genggaman. Menaiki sampan cukup menguji nyali pengunjung. Tak hanya itu, berfoto bersama pasangan terkasih pun menjadi lebih indah. Apalagi di bawah sampan berkeliaran ikan-ikan Mas berukuran besar nan menggoda. Pengunjung bisa sekalian memberi makan dari atas sampan. Dengan begitu, momen kunjungan ini menjadi lebih menyenangkan.

           

Rumah Gadang dan Taman Bunga

            Dari sungai buatan itu, berhadapan langsung dengan ikon Rumah Gadang dengan desain menarik. Di bagian depannya juga dihiasi taman bunga yang tertata rapi dan berwarna-warni. Sungai-sungai kecil mengalir juga di halaman depannya. Inilah satu spot lagi yang sayang dilewatkan untuk berfoto. Suasana seperti ini semakin membuat pengunjung mengagumi Rumah Gadang sebagai salah satu rumah adat yang ada di tempat wisata seindah ini. Rumah Gadang bukan hanya di museum tertentu, hadirnya Rumah Gadang ini juga mengingatkan kedudukan Rumah Gadang sebagai tempat bagi masyarakat Minangkabau untuk bermusyawarah mencapai mufakat bersama.

 

Pesona Kelok 9 dan Wisata Pulang

            Mengunjungi Kabupaten Lima Puluh Kota kurang lengkap rasanya bila belum melewati kelok 9. Kelokan yang dibuat arsitek masa kini itu begitu mengagumkan. Tiang-tiang penyangga yang kokoh dibuat untuk perlintasan kendaraan. Serupa melayang, pengendara dan penumpang diperlihatkan pemandangan pepohonan hijau dan bukit-bukit terjal. Kelok 9 yang tajam menguji adrenalin pengendara. Ini pula satu sisi unik kelok 9 ini. tetapi, setelah melewati jalan itu, pengunjung sampai di puncak jalan.

            Saat pengunjung berhenti dan turun bus, pengunjung dihadapkan pada penjual di tepi jalan. Warung-warung kecil berjejer di sepanjang tepian jalan. Di balik warung itu pula, ada satu spot lagi untuk berfoto. Di sini tampaklah kelok 9 dengan pesonanya. Spot ini sungguh sayang dilewatkan. Maka tak heran bila ada pengunjung yang ke sini rela menembus hujan untuk berfoto di atasnya.

            Sepulang dari tempat ini, bila pengunjung hendak singgah lagi, bisa meluncur ke kota wisata berikutnya, yakni Bukittinggi. Pengunjung bisa menikmati Jam Gadang di senja hari. Kota Bukittinggi terkenal dengan kota wisata seolah tak kenal lengang pengunjung. Menjelang senja pun, wisatawan dan pengunjung berlalu-lalang di pelataran Jam Gadang.*(Padang, 2016)