RESENSI
BUKU
Judul:
Max Havelaar
Pengarang:
Multatuli (nama pena dari Eduard Douwes Dekker)
Penerjemah:
A. S. Laksana
Penerbit:
Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Tanggal
Terbit: 1 Oktober 2021
ISBN:
978-602-06-6264-3
Tebal
Halaman: 468 halaman
Lebar:
14 cm
Panjang:
20 cm
Ketika membuka halaman pertama "Max
Havelaar" oleh Multatuli, Anda akan merasakan seolah-olah sebuah tirai
sejarah yang lama tertutup kini terangkat, memperlihatkan pemandangan yang
penuh dengan kegetiran dan keberanian. Buku ini bukan sekadar sebuah novel—ia
adalah sebuah pembuka mata, sebuah pelajaran sejarah yang dikemas dalam balutan
prosa yang memikat.
"Max Havelaar"
adalah sebuah karya monumental yang mengisahkan kisah Max Havelaar, seorang
pejabat Belanda idealis yang ditempatkan di Jawa pada masa kolonial. Havelaar
datang dengan niat mulia: untuk memperbaiki nasib rakyat pribumi yang tertekan
oleh sistem tanam paksa (cultuurstelsel) yang brutal dan merusak. Namun,
idealisme Havelaar segera menghadapi benturan keras dengan sistem kolonial yang
korup dan tak berbelas kasihan.
Multatuli, nama pena dari Eduard
Douwes Dekker, menulis dengan semangat dan ketajaman yang luar biasa. Gaya
penulisan Multatuli dalam buku ini adalah sebuah simfoni yang penuh
emosi—menyampaikan kritik sosial dengan retorika yang menggugah dan narasi yang
mendalam. Setiap kalimat, setiap dialog, tampaknya dirancang untuk menembus
batasan zaman dan membawa pembaca langsung ke dalam panggung konflik yang
berlangsung di bawah kekuasaan kolonial.
Kelebihan dari "Max
Havelaar" tidak hanya terletak pada kritiknya yang tajam terhadap
penindasan kolonial, tetapi juga pada kemampuannya untuk membangkitkan empati.
Multatuli tidak hanya menggambarkan penderitaan rakyat Jawa dengan mendalam,
tetapi juga mengajak pembaca untuk merasakan ketidakadilan yang dialami.
Kekuatan narasi ini terletak pada cara ia menyentuh hati pembaca, menjadikan
ketidakadilan sosial dan moral menjadi masalah yang sangat pribadi dan
mendesak.
Di sisi lain, gaya penulisan
Multatuli mungkin terasa kompleks dan menantang bagi beberapa pembaca modern.
Kekuatan retorikanya yang berlimpah, meskipun memikat, bisa jadi agak
membingungkan bagi mereka yang tidak familiar dengan gaya naratif abad ke-19.
Struktur cerita yang tidak selalu linier juga dapat menambah kesulitan dalam
mengikuti alur narasi.
Namun, keindahan dari "Max
Havelaar" adalah kemampuannya untuk merangsang pemikiran dan refleksi
mendalam. Buku ini bukan hanya sebuah karya sastra yang menggugah, tetapi juga
sebuah cermin yang memantulkan banyak aspek dari moralitas, kekuasaan, dan
keadilan. Dalam konteks sejarah, "Max Havelaar" menawarkan
pandangan yang sangat berharga tentang dampak sistem kolonial terhadap
masyarakat yang terjajah.
Dengan 468 halaman yang kaya akan
cerita dan kritik sosial, buku ini menawarkan lebih dari sekadar bacaan. Ia
adalah sebuah pengalaman yang memprovokasi, sebuah tantangan bagi pembaca untuk
merenungkan dan memahami lebih dalam tentang kekuatan dan dampak dari
kolonialisme. Jika Anda ingin menjelajahi sejarah melalui lensa yang kritis dan
empatik, "Max Havelaar" adalah bacaan yang tidak boleh Anda
lewatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar